Catatan Perjalanan #4: Memaafkan Adalah Cara Terbaik Untuk Mengobati Konflik Batin
Catatan Perjalanan #4: Forgiveness Therapy Dalam Manajemen Konflik Batin
Nia Nur Pratiwi
Manajemen merujuk kepada kata Management
yang berarti mengelola, mengurus, mengendalikan, mengusahakan, dan juga
memimpin. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Manajemen berarti
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Secara garis
besar dapat diteruskan bahwasannya Manajemen termasuk dalam upaya proses dalam
rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Tidak hanya sebuah organisasi
bahkan seorang individu harus memiliki skill dalam manajemen.
Pengelolaan manajemen seorang individu
dapat dilihat dari berbagai sisi. Diantara sisi-sisi itu adalah kondisi
kejiwaan atau kondisi batin seseorang yang tak nampak secara eksplisit,
melainkan ditampakan secara implisit. Salah satu yang menarik dalam pembahasan sebuah
Manajemen adalah pengelolaan batin atau dalam hal ini adalah kejiwaan
(Psikologi) seorang manusia. Misalnya seseorang dalam memahami dan mengelola
hatinya atau manajemen konflik yang seringkali muncul pada diri manusia.
Pengaturan yang dilakukan oleh hati kemudian
diteruskan oleh perintah otak. Perintah oak inilah yang kemudian mengggerakan
neuron-neuron serta kemudian menjadikan kita tergerak untuk melakukan sesuatu
yang menghasilkan tindakan sesuai dengan
keadaan perasaan kita atau yang kita inginkan. Pengaturan ini sebenarnya
merupakan penerimaan dari sebagian anggota tubuh. Maka, sebaik apapun perintah
otak apabila tubuh dalam keadaan yang tak mendukung maka disini akan terjadi
kesalahpahaman.
Sebagian besar manusia di dunia ini
adalah manusia yang tak bisa lepas dari berbagai macam konflik. Salah satunya
adalah ketidaksinkronan antara perintah otak dan penerimaan dari anggota badan,
ini merupakan salah satu dari konflik yang dialami dalam diri manusia secara
intern. Konflik merupakan sesuatu yang wajar dan selalu hadir di dalam
setiapsendi-sendi kehidupan. Apabila sebuah konflik kemudian berujung kearah
kerusakan (Destruktif) maka ada yang
salah dari penanganan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Mungkin belum
dapat mengantisipasi keadaan yang akan terjadi kedepannya, atau mungkin belum
dapat menemukan dinamika yang cocok diterapkan oleh perasaan.
Sebagian besar orang menyatakan
bahwasannya konflik adalah hal yang harus dihindari, akan tetapi sebenarnya
konflik yang kemudian dimanage lalu di kelola dengan baik disertai
dengan ide-ide cemerlang dan gemilang, maka sebuah konflik justru akan menjadi
sebuah keberuntungan yang sangat baik. Menurut Dean G. Pruitt dan Feffrey Z.
Rubin memakai konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan (preceived
divergence of interest) atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak pihak
yang berkonflik tidak dapat dicapai secara stimulan. Konflik serupa ini juga
bisa terjadi oleh siapa saja, dikarenakan manusia sendiri juga memiliki konflik
batin yang tentunya setiap satu orang dengan orang lainnya berbeda beda,
tergantung dari keadaan tersebut dan tingkat kompleksitas dari konflik itu
sendiri.
Manajemen Konflik Batin
Pengelolaan sebuah perasaan seseorang
terhadap sebuah peristiwa yang menimpa atau yang akan dihadapi sehingga menjadi
peristiwa dari sebagian diri manusia. Bagi setiap individu, tentu saja
mempunyai banyak problematika dalam hidup, sehingga sebagian besar keadaan itu memunculkan
konflik-konflik yang datang, baik itu konflik sederhana sampai konflik yang
sangan kompleks. Pertama, konflik batin yang dialami secara intern,
artinya pengelolaannya terletak pada diri si individu itu sendiri. Karena
selain hanya diri sendiri yang mengerti, juga hanyalah manusia itu sendiri yang
mampu memahami keadaan psikologis dan apa yang biasanya dilakukan apabila
tengah mengalami konflik batin.
Konflik batin yang dialami individu
bermacam macam. Ada tipe manusia yang tidak suka dengan sebuah makanan, atau
tidak suka dengan sebuah bau, atau tidak suka dengan warna dan bunyi bunyian.
Maka, inilah yang dapat dikategorikn dengan konflik batin atau lebih khususnya
secara intern. Konflik batin semacam ini hanyalah diri individu itu sendiri
yang mampu untuk mengendalikan. Jika tidak mampu untuk mengendalikan, maka,
nantinya juga akan berdampak pada gejala-gejala konflik ekstern. Kenapa begitu?
dikarenakan, setiap diri akan memancarkan frekuensi juga terhadap orang lain.
Maka dari itulah, setiap diri harus mampu mengelola diri terutama batinnya.
Kedua, Konflik batin yang dialami secara ekstern, artinya ketika ada seseorang
yang menyakiti kita atau kita sendiri merasa tersakiti oleh orang itu belum
tentu kita yang salah, atau belum tentu pula kita yang benar. Dikarenakan, ada
faktor lain yang mempengaruhi orang tersebut sehingga berdampak pada diri kita
dan menjadikan diri kita sebagai objek dalam konflik batin, karena kita pula
merasakan sebuah hal yang mungkin dirasakan pula oleh orang itu. Inilah yang
disebut sebaai eksternal, artinya faktor faktor yang mempengarui ini berasal
dari luar atau orang lain.
Konflik batin eksternal ini seringkali
menjatuhakan salah satu dari mental individu sehingga menjadikan seseorang
rendah diri dihadapan yang lain ataupun menimbulkan rasa lain yang sejenis. Konflik
yang terjadi diluar diri (konflik dengan orang lain), dapat menjadi akar
masalah bagi terjadinya konflik batin didalam diri, besar pula pengaruhnya
terhadap kondisi kejiwaan kita atau batin atau secara general disebut
sebagai keadaan psikologis dari seorang individu. Konflik semacam ini dapat
kita handle dengan berkaca, muhasabah, serta crosscheck semua hal
yang sudah kita lakukan terhadap orang lain juga.
Forgiveness Upaya Menetralisir Konflik Batin
Manajemen
konflik batin mengukuhkan konflik tidak selamanya harus dihindari. Adakalanya
kita harus bisa membawa diri pada setiap medan yang akan dihadapi, sehingga kita
memiliki kemampuan dalam mengatasinya. Misalnya kita tengah memiliki masalah
pribadi, seperti masalah dengan teman satu organisasi atau satu tempat tinggal,
berupayalah untuk memecahkan masalah itu sendiri dengan melakukan forgiveness
therapy (therapi dengan cara memaafkan) memaafkan diri sendiri dan
memaafkan orang lain yang mungkin sudah berbuat tidak sesuai dengan kita,
sehingga menimbulkan konflik batin.
Bentuk
dari Forgiveness Therapy dapat di terapkan dalam kehidupan sehari hari.
Karena hidup dalam masyarakat tak akan lepas dari segala bentuk konflik baik
itu konflik bati secara intern ataupun ekstern. Ketika kita sudah menerapkannya
dalam kehidupan sehari hari, maka akan kita dapatkan feedbacknya dalam
kehidupan kita pula. Banyak hal yang dapat merubah nasib seseorang, salah
satunya dengan manajemen konflik batin ini. Namun, apabila belum didapati
suksesnya pengelolaan konflik ini, maka, belum bisa dipastikan dapat merubah
nasib kearah yang baik . Apabila dalam pengelolaan konflik ini berhasil, maka
akan didapatkan pula feedback yang berhasil.
Nia Nur Pratiwi putri dari Bapak Sarwan dan Ibu Mistiyah, lahir di
Banjarnegara, 29 Juni tepat di desa Punggelan. Sekarang sedang menempuh
pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto program studi
Manajemen Pendidikan Islam (MPI) semester 4.
Bergiat di Sekolah Kepenulisan
Sastra Peradaban (SKSP), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Ibrahim
Korkom Ahmad Dahlan IAIN Purwokerto Kepala bidang Riset Pengembangan Keilmuan
(RPK), Director Of Management Division
English Arabic Student Association (EASA), Senat Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ( Komisi A), Demisioner Sekretaris Umum Komunitas
Leadership program Studi MPI.
“Berjalanlah dan melukislah jejak-jejak itu, membekaslah
dalam pijakan agar kau tak tumbang dimakan zaman”


Barakallah, semoga tulisanmu senantiasa bermanfaat, nak sayang. Saya doakan kebaikan untukmu. Maafkan saya dengan setiap konflik yg pernah lewat dikehidupan singkat kita ini. Mungkin ada konflik yg disadari atau tidak. konflik batinku sendiri yg mungkin kadang bersikap tak sesuai dengan yg seharusnya. Semoga kita senantiasa dengan bathin yg dilindungi Allah, hingga konflik sebesar apapun kita bisa kembali pada Allah, memaafkan diri sendiri dan mema'fukan orang lain.
BalasHapus