Esai #9: Pendidikan Profetik Jalan Pintas Menuju Revolusi Edukasi Abad 21
Pendidikan
Profetik Jalan Pintas Menuju
Revolusi
Edukasi Abad 21
oleh :
Nia Nur
Pratiwi
“Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab
beriman ....”
(Q.S Ali
Imron: 110)
Ayat diatas dapat sebagai landasan bahwa umat islam memang dilahirkan
dengan kondisi yang paling baik secara lahir dan ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah Muhammad SAW. Tentunya syarat dan ketentuan tetap berlaku disetiap
langkah dalam hidup umat islam, dalam hal ini sudah otomatis umat islam menjadi
sebuah golongan yang dapat disebut dengan The Chosen People. Menyandang Title
sebagai umat pilihan tentunya bukanlah hal yang mudah, harus ikut serta
dalam upaya penegakan tauhid dan kewajiban berdakwah kepada sesama manusia bahkan kepada seluruh makhluk
yang ada di muka bumi ini. Kutipan ayat Ukhrijat Linnas (di tengah
tengah manusia) yang bisa diejawantahkan dengan aplikatif melalui partisipasi
aktif dimasyarakat selama nafas masih dikandung badan.
Dari kutipan ayat diatas tersirat bahwasannya pilar pilar pendidikan ada 3
hal yang perlu disampaikan, menurut Kuntowijoyo 1). Amar Ma’ruf (berbuat kepada
kebaikan) 2). Nahi Mungkar (Menyeru Kemungkaran) 3). Tu’minuuna Billah (transidensi)
yang menyakini pada keyakinan[1]
ataupun keimanan seseorang yang menerangkan
bagaimana seharusnya predikat The Chosen People memiliki arti yang konkret dan kompleks.
Memasuki masa milenium abad 21 yang setiap permasalahan semakin tak terkendali,
namun mengingat ada hal urgent yang dapat diperhitungkan selama predikat umat
terbaik masih menyandang di tubuh umat muslim.[2]
Ayat inilah yang melandasi berbagai bentuk amalan aplikatif yang harus
dikerjakan para generasi sekarang yang bukan merupakan Generasi Micin.
Indonesia merupakann negara dengan jumlah muslim tebesar di dunia dengan
ini menjadikan Indonesia sebagai penduduk yang mayoritas beragama islam.
Masyarakat yang merupakan sekumpulan orang atau kelompok yang mendiami suatu
wilayah yang memiliki maksud dan tujuan bersama. Masyarakat Indonesia pada
umumnya memiliki cara pandang tentang pendidikan yang berbeda beda. Namun,
perubahan yang dilakukan dalam upaya percepatan yang dipusatkan pada pendidikan
berkarakter erkendala dengan macam bentuk yang berarti, survei salah satu
lembaga survei Muslim Pro per November 2017, Indonesia menduduki
peringkat 1 dengan jumlah muslim 222 juta umat muslim, mencapai angka 87% dari
jumlah total penduduk.
Visualisasi
Dasar Pendidikan Profetik
Dekodifikasi
pilar pilar pendidikan profetik menjadi sangat urgen manakala kita akan
menggunakannya, apa sajakah yangada di dalamnya, mencangkup apa saja dalam isi
dari badan pendidikan profetik itu sendiri dan yang lain sebagainya sebagaimana
kita menjelaskan karakteristik sebuah sistem pendidikan. Sebagaimana didasarkan
dalam Q.S Ali Imron ayat : 110, simbol pendidikan profetik berpusat
kepada bagaimana sistem pendidikan Nabi, sebagaiamana merujuk arti Profetik
sendiri yakni berkenaan dengan kenabian, maka yang pertama adalah nilai Humanisme,
yakni bagaiamanakah pendidikan dapat memanusiakan seorang manusia, mengangkat
nilai nilai pendidikan yang relevan mengikuti zaman.
Kedua Liberasi yakni upaya
pembebasan manusia dari belenggu dan kekangan orang lain, yang perlu sekali mendapat
sorotan yakni masalah struktural kemiskinan dan arus tekhnologi yang tidak bisa
dibendung. Dengan nilai ini, setiap orang mampu dan pasti bisa megatasi
problematika dalam hidup. Ketiga Trasendensi, unsur inilah yang menjadi goal
atau tujuan utama dari pilar dasar
pendidikan
profetik, menguatkan pribadi manusia dengan nilai nilai ilahiyah, yang
berkaitan dengan Tuhan.[3]
Ketiga nilai ini merupakan kerangka dasar pendidikan yang bersumber dari
bagaimana cara Nabi melakukan sistem pendidikan kepada umat.
Mata
Arah Pendidikan Profetik
Mata arah
pendidikan profetik tidak bisa memisahkan diri dari ilmu ilmu sosial yang hal
ini tercantum dalam kerangka dasar Pendidikan Profetik yakni Humanisme,
salah satu rumpun ilmu sosial yang penting kita ketahui adalah Ilmu Politik “Tarbiyah
Siyasah Nubuwah” (Nasiwan, hlm 51-57). Dalam penguasaan pendidikan profetik
mengenai politik tentunya diharuskan sangat baik sebab, arah mata angin dari
pendidikan siyasah ini memiliki kepribadian politik yang mumpuni,
kepribadian sebagaimana dicontohkan oleh nabi dalam berpolitik, dimensi
kepribadian yang harus dimiliki oleh seseorang diantaranya, nilai nilai
keyakinan, sensitivitas, loyalitas, pengetahuan serta orientasi.
Arah angin Pendidikan profetik
politik selanjutnya Kesadaran Politik, kesadaran akan berpolitik menumbuhkan rasa
keingintahuan mengenai berpolitik yang baik sesuai dengan hukum berpolitik dan
menumbuhkan rasa solidaritas dalam dunia politik. Kesadaran politik merupakan refleksi dari
pandangan terhadap fenomena dan gerak politik. Selanjutya memutar angin kembali
tujuan dari pendidikan profetik politik yakni Partisipasi Politik, bentuk partisipasinya
antara lain aktif dalam penyelenggaraan pemilu di tingkat bawah maupun pusat,
ini merupakan salah satu bentuk kecil dalam partisipasi politik, karena
partisipasi merupakan proses yang dilakukan warga negara untuk berperan dalam
kehidupan politik dimasyarakat. Abad 21 ini membutuhkan kader kader sadar
politik yang militan dan integritas.
Revolusi Edukasi Abad 21
Revolusi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan perubahan mendasar dalam sebuah bidang,
yang dalam hal ini tentunya fokus kepada Pendidikan. Pendidikan yang seperti
apa yan dapat merevolusi karakter dari kualitas input dan output pada
setiap manusia. Tentunya pendidikan berbasis kearifan, moderenisasi dan pendidikan
karakter. Pendidikan abad 21 tidak mungkin terlepas dari pengaruh bangsa Barat
yang turut andil mempengaruhi sistem pendidikan di dalam negeri. Mereka lebih
menekankan pada prinsip rasionalisme, empirisme, humanisme, kapitalisme,
eksistensisme bahkan mungkin serta mengarah kepada atheisme yang dalam hal ini
sangat sangat bertentangan dengan sistem pendidikan dalam islam sendiri.
Sementara itu pendidikan dalam islam sendiri lebih menekankan pada Al
Qur’an dan Hadits serta ijtihad’ para ulama. Hal inilah yang menjadikan
pendidikan islam dengan pendidikan barat berbeda. Pendidikan berbasis Character
Building merupakan upaya dalam penerapan Al Qur’an dan As Sunnah serta
penerapan ijtihad ijtihad para ulama. Karena pendidikan profetik di dasarkan
pada aspek tauhid (ilahiyah) yakni memiliki arahan nilai nilai berdasar
Qur’an dan Hadits. Kemudian nilai nilai yang tertuang dalam pendidikan berbasis
profetik yakni bersifat universal (syamil) yang ideal diterapkan dalam
zaman apapun, baik pad masa lalu sampai sekarang. Karena pendidikan
Dipandang dari sudut pandang
masyaraka, pendidikan berarti mewariskan ilmu dari generasi sebelumnya
sedangkan dari sudut pandang idividu merupakan pengembangan potensi yang
terpendam.
Dr. Yusuf Qardhawi mendefinisikan pendidikan sebagai, pendidikan manusia
seutuhnya (whole human education) yakni mendidik seutuhnya akal dan
hati, rohani dan jasmaninya serta akhlak dan keterampilannya. Makan inilah yang
menjadi esensi dari pendidikan profetik itu sendiri menyiapkan intelektual yang
islami sesuai dengan nilai nilai kenabian, mematangkan kepribadian dalam
pemahaman fungsi fungsi
[1] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar, (Jakarta: Indeks,
2008), hlm. 5.
[2]
Almunawar bin Rusli, dkk, Indonesia
dan Tekhnologi, (Purwokerto: Obsesi Press, 2016), hlm. 41.
[3]
Syarifuddun Jurdi, Pendidikan
Profetik: Revolusi Manusia Abad 21, (Yogyakarta: Education Center BEM REMA
UNY), hlm. 40.

👍
BalasHapus