Esai #10: Kartun Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Kartun dan Pendidikan Karakter
Oleh Nia Nur Pratiwi
Dunia anak-anak tak bisa dipisahkan dari
sebuah tayangan bernama kartun. Kartun bisa jadi sebagai sebuah mediasi karaker
seorang anak. Pasalnya, kartun akan membawa suasana menjadi enjoy atau
bisa dikatakan mereka adalah mahluk yang paling menikmati hidup dibandingan
orang dewasa.
Keadaan inilah yang mendasari bahwa
tontonan yang mendidik dan menggunakan nilai nilai karakter harus diterapkan
sejak dini, karena akan sangat berpengaruh nantinya pada saat dia beranjak
dewasa. Misalnya pada era ‘90an sampai dengan tahun 2000 atau biasa kita sebut
dengan era millenial banyak kartun-kartun dengan nuansa karakter sangat kuat.
Misalnya kartun berjudul Capatain Subasa. Kartun ini mengajarkan kita
akan kekompakan sebuah tim pada perlombaa sepak bola. Kartun yang lain ada Cyborg
Kurochan yaitu kisah seeokor kucing. Kemudian ada kartun berjudul Dragon
Ball yang sangat populer hingga
sekarang, yang menceritakan mengenai persahabatan diantara tokoh yang
ditampilkan.
Tidak dipungkiri kartun juga masih
sangat digemari oleh kalangan dewasa. Setiap sesi ceritanya mengandung arti dan
makna yang dapat karakter pada anak-anak ataupun kalangan dewasa. Sehingga
tidak perlu menonton tayangan semacam Sinetron dan sejenisnya yang lebih
banyak retorika cinta.
Seseorang akan berimajinasi lebih jauh
lagi tatkala ia menemukan sesuatu yang ia sukai. Misalnya kebiasaan kecil yang
ia bawa sampai dewasa yakni kecenderungan dalam berimajinasi. Menurut Suhartin
anak dibagi menjadi beberapa bagian yang ditandai dengan fisik yang berbeda,
yakni pertama usia 0-1 tahun disebut dengan bayi. Usia 1-3 tahun disebut masa
balita. Usia 3-6 tahun disebut sebagai anak pra sekolah dan yang terakhir yakni
anak dengan usia 6-12 tahun disebut dengan masa sekolah bagi anak anak.
(Suhartini, 2003: 78).
Perkembangan anak-anak sangat ditunjang
dengan segala bentuk pengaruh, baik itu pengaruh dari dalam dirinya maupun pengaruh
dari luar lingkungan. Sebuah riset yang meneliti mengenai perkembangan
anak-anak, bahwasannya anak usia 6-12 tahun memiliki daya tahan ingatan yang
masih sangat kuat seperti kuatnya baja yang sangat sulit untuk dibengkokkan.
Anak sudah memulai untuk mengambil setiap pembelajaran dari lingkungan yang
sangat berpengaruh terhadap setiap perkembangan pemikiran. Mereka tidak lagi
berpikir sebagai regosentris, artinya anak tidak lagi memandang diri sendiri
sebagai pusat perhatian, namun mereka mulai memperhatikan keadaan sekelilinnya
dengan pandangan yang jujur atau objektif, sehinggga timbullah keinginan untuk
memahami kenyataan dan mendorong untuk menyelidiki segala sesuatu yang ada di lingkungan.
Dalam penelitian ini ditekankan
bahwasannya setiap anak-anak memiliki usia emas yang terlalu berharga bila
hanya dibiarka begitu saja tanpa adanya apresiasi untuk anak. Dari tahapan
tersebutlah maka dapat ditebak bahwa anak dalam rentang usia 6-12 tahun menjadi
sangat peka terhadap lingkunga sekitar, ketika dia mampu untuk mengidentifikasi
setiap hal hal yang terjadi di lingkungannya. Belajar dari lingkugan, artinya
mereka akan belajar dengan media apapun yang tersedia bisa dari televisi, video di situs youtube,
ataupun mereka dapat menonto dari VCD dan hal lan sejenis. (Suhartin: 2000,
78). Menindaki setiap kegiatan ini tentunya setiap anak memiliki daya imajinasi
yang berbeda beda dibandingkan dengan anak satu dengan yang lain.
Daya imajinasi ini tentunya lama
kelamaan akan menimbulkan sebuah karakter yang melekat pada anak-anak. Ada
sebuah teori yang menyebutkan bahwasannya manusia meniru apa yang dilihatnya, apalagi seorang anak yang
sangat kuat ingatannya. Sehingga, apapun yang dia lihat, dia dengar akan dianut
juga dalam perilaku sehari hari, atau sebagai referensi dalam melakukan
tindakan anak yang bersangkutan. Proses anak dalam meniru sebuah perilaku
disebut sebagai imitasi, artinya replikasi atau peniruan secara langsung
dari perlikau yang diamati. Setelah anak-anak melakukan proses imitasi,
kemudian dia akan melakukan proses identifikasi yakni meniru secara khusus yang
mana sebisa mungkin anak akan meniru hal yang dianggap ia sukai dan tidak
meniru apa-apa yang dia lihat, serta memiliki pandangan umum dalam melakukan
peniruan tingkah laku.
Dalam sebuah kartun, tentunya sangat
beragam hal yang bisa anak-anak peroleh diantaranya, pertama, bertingkah
sesuai usia. Yang diartikan bertingkah sesui dengan usia adalah anak dibawa
dalam arus dunia mereka yang asli yakni dunia imajinasi anak-anak yang sangat
kental dengan nuansa keceriaan, bebas tanpa dosa serta menikmati hidup tanpa
beban yang dapat diceminkan dengan tertawa lepas, serta melakukan semua
kegiatan dengan keceriaan. Kedua, menghargai lingkungan, contohnya
ketika kartun itu berbentuk hewan, tumbuhan serta menggambarkan alam sekeliling
maka anak akan cenderung untuk menjaga sebagaimana apa yang mereka lihat di
dalam tontonan mereka yang pada akhirnya menuntun mereka untuk bisa menjaga
alam sekitar. Karena anak akan berpikir kalau dia merusak nya maka akan ada sebuah
ekosistem yang tak seimbang serta tidak akan seperti apa yang ada di dalam
tontonan mereka.
Ketiga, memperoleh pengetahuan yang baru. Misalnya, ada jenis-jenis kartun yang
sangat banyak serta menawarkan pengetahuan yang akan diperoleh saat mereka
menonton tayangan tersebut. Jika anak dapat dibawa pada menelusuri pengetahuan
dengan suasana ceria dan menyenangkan seperti dengan menonton kartun, di antaranya
seperti kartun-kartun edukasi yang dulu sangat banyak bermunculan hingga
sekarang, dari kartun berbentuk manusia seperti kartun berjudul “Keluarga
Pak Somad” yang mengedukasi, hewan seperti kartun seperti kartun berjudul “Finding
Nemo”. benda-benda mati yang dapat hidup dan berbicara seperti kartun
berjudul “Thomas and Friend”, perkakas yang bisa membantu dan bercerita
seperti dalamkartun berjudul “Handy Many” serta tumbuh-tumbuhan yang
mana dapat di berikan sebuah pengetahuan melalui dialog dan pembicaraan kartun
kartun yang ada di dalamnya.
Keempat, Nilai Moral dan etika yang disampaikan secara kreatif. Nilai moral ini
disampaikan dalam bentuk kreatif dan sangat meyenangkan serta membuat anak akan
merasa bahagia dan cepat menangkap apapun yang disampaikan oleh kartun favorit
mereka, sehingga mereka dapat mengaplikasikan dalam hari-hari mereka. Seperti
kartun yang disampaikan oleh para perkakas yang saling tolong menolong dalam membantu
tukang bangunan dalam menyelasaikan pekerjaan sebagai tukang bangunan. Ada lagi
kartun lebah Honey Bee Hutchi yang menggambarkan kasih sayang seorang
anak kepada ibunya, bagaimana perjuanga dia untuk mencari ibunya hingga hidup
sebagai sebatang kara, yang dalam perjalanan mencari ibunya tersebut banyak
sekali rinanga yang dihadapi hingga ia selalu memberikan kesan baik dari setiap
kisah yang disajikan oleh kartun tersebut. Anak-anak akan dibawa pada dunia
mereka yang sangat sederhana namun berharga.
Dewasa ini sebenarnya telah dibuktikan
bahwa kecanggihan beragam teknologi yang mengalihkan dunia anak-anak dari
menonton kartun. Anak-anak sudah disibukkan dengan tugas sekolah, pulang sore
serta, disibukkan dengan bermain game online yang terkadang menimbulkan
sikap individualisme, acuh terhadap lingkungan sekitar, tak bisa peka tehadap
keadaan. Kalaupun mereka tumbuh dalam kondisi yang ceria tapi, pada saat
dewasanya nanti tidak akan ada kenangan menonton kartun yang paling disukai
dengan judul yang beragam dan cerita yang bermacam-macam. Sebenarnya akan
menyadari bahwa, menonton kartun dapat menumbuhkan karakter kreatif yang
berbeda dari anak-anak yang ketika kecilnya jarang menyaksikan tayangan kartun.
Nia Nur Pratiwi,
biasa dipanggil Nia. Anak dari pasangan Mistiyah dan Sarwan. Beralamat di
Punggelan, kabupaten Banjarnegara. Mahasiswa semester 2 prodi MPI-A yang
bergiat di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban IAIN Purwokerto. Memiliki karya
berjudul “Kain Terakhir” yang sudah diterbitkan dalam buku antologi cerpen
Luksia (Lembaga Pers JUSTISIA UIN
Walisongo). . Email: nianurpratiwi29@gmail.com.


Komentar
Posting Komentar