Catatan Perjalanan #8: Bumi Rafllesia dan Usaha Akar Melepas Tanah
Catatan
Perjalanan #8: Bumi Rafllesia dan Usaha Akar Melepas Tanah
Oleh:
Nia Nur Pratiwi
“Patah
itu niscaya, memetakan diri diperjalanan itu usaha, membuat kisah dipetualangan
itu hal yang luar biasa dan hal menakjubkan ialah melukiskan jejakmu diatas lembaran
kertas putih agar tapakmu dibaca oleh temali turunmu nanti.”
Perihal ini, Bengkulu membawa cerita dan mengawali kisah manis diawal tahun
2020. Kisah madu diawal tahun ini. Sedikit membuka kisah dengan Bismillah . Kisah ini diawali dari aku
mengikuti sebuah kompetisi lomba kepenulisan di Bengkulu. Dalam Rangka Semarak Sustainable
Development Goals (SDGs). Kisah yang cukup konyol untuk ditulis bahkan
diceritakan. Oke pasti kalian penasaran
kekonyolan yang terjadi, engga yahh ya udah kalau gitu mending gasss cerita
aja, jangan kaku-kaku ya gengs kita santuy aja bahasanya kan ini lagi cerita
bukan lagi buat esai atau karya ilmiah, chek this out....
Jadii.. keretaku berangkat sore, seperti biasa “Aku memiliki harapan
untuk selalu bepergian menggunakan kereta, sebab aku adalah stasiun dingin,
tempat orang-orang mempersiapkan
perjalanan dengan bahagia” (Kata Mas wahyu, Magister Esai Indonesia :D) Oke
kembali ke pembahasan, emangnya kita bahas apasi dari tadi, engga ada ya. Oke
kita bahas satu persatu. Pertama, kembali ke kereta, oke jam segitu
sebelumnya aku bebenah, beres-beres dan menyelesaikan packing, semua
barang-barang yang kiranya bisa dimasukan koper kumasukan dengan teknik packing
backpacker yang kaya di youtube gitulah, yang digulung-gulung biar muat
banyak. Dan sampai pada Adzan sholat Ashar, lalu aku mandi dan menunaikan
kewajiban. Setelah itu, ternyata jam menunjukan 15 menit lagi berangkat dan aku
masih stay di wisma belum di stasiun dann kalian tau, aku keluar dari wisma
waktu tinggal 10 menit keberangkatan kereta, waaah betapa gugupnya diriku dan
dirinya eh maksudnya mba-mba yang nganter aku ke stasiun, kasian juga dia, aku
cepet-cepet (maafkanlah daku mba J).
Naaah kalian tau rasanya dibawa ngebut bangett sampai rasanya mau jatuh
kebelakang naik motor udah gitu aku naik motornya nyamping, salah besar ini
kaya mau roboh kena angin jalanan deh, beneran. Daaaaan aku sampai situ kereta
tinggal 3 menit lagi berangat, bayangkan bawa koper lari-lari kaya di sinetron
gitu, terus masih pakai helm bawa kresek isi jajan kayaknya, terus sampai sana
beneran Check in tinggal ditutup aja, daan sampai lupa helm mau dipakai
aja tuh sampai gerbong.. ngakak ngga sih, asli kalau inget tuh bawaannya pengin
ngetawain diri sendiri aja gitu. Naaah kawan-kawan ini pelajarannya ya, kalian
kalau mau berpergian estimasikan waktu sebaik mungkin ya kalau bisa nunggu aja
deh di stasiun, jangan kaya diriku ini, tapi bisa buat pelajaran deh, dan bisa
berbagi cerita.
Oke, Kedua, Akhirnya sampailah aku sebelumnya lari lari naik gerbong
kaya di film bollywod atau kalian
inget adegannya iyan ketika ngejar kereta di film 5 cm sambil bawa sekardus
mie, dan itu dramatis bangett, untung masih bisa masuk, walaupun salah gerbong,
yaaa mendinglah masih bisa jalan kan dari gerbong satu ke gerbong lain waktu
itu dari gerbong 5 ke gerbong 4, untung sebelahan tanpa turun dari kereta. Dan
kita menikmati senja di kereta, asyiik deh.. ini nih yang bakalan ngangenin
untuk naik kereta, suasana yang beda, ketemu orang baru dan pasti cerita, oiya
perjalananku ke Bengkulu ku tak sendiri, ditemani dengan partner lombaku namanya
Diana, dia adalah kawan beda kelas satu program studi denganku, Manajemen
Pendidikan Islam, bedanya aku di kelas A, dia di kelas B. Dan kita menempuh
perjalanan ini sekitar 14 jam mungkin, intinya lama.
Sampailah kita di stasiun Pasar Senen, naah disitu kita nunggu ayah temenku,
pas datang waaah kita naik bajaj gaess.. senangnya, lama kali aku tak naik
bajaj, terakhir mungkin zaman aku kecil ketika ke Jakarta karena ayah ibuku
bekerja disana, dan ini setelah sekian lama akhirnya aku naik bajaj lagi,
rasanya masih sama, lalu kami mampir di penjual kue sepanjang jalan menunju
kontrakan Ayah temanku untuk beristirahat sembari menunggu waktu dan
keberangkatan ke Bandara. Disela waktu menunggu, kami makan pagi dan dibelikan
makanan oleh ayah temanku, baaikkk sekali, makasih bapak, sudah mau kasih saya
makan gratis, mengingat uang saku pas-pasan dan dana dari kampus juga ya cukup J (Its
very memorable for me) InsyaaAllah bagian dari orang baik yang menjadi
potongan kisah hidupku.
Oke, Lanjut Ketiga, Jam 9an kita berangkat ke Soekarno-Hatta International
Airport yaa kita ngga ke Luar negeri kok, tapi, biar lumayan hemat akhirnya
kita milih berangkat dari bandara ini, lumayan sekitar 40% lebih hemat dari
pada kita berangkat dari Jogja yang lebih dekat dengan Purwokerto dan
sekitarnya. Kita sampai sana diturunkanlah di terminal 1 Bandara, karena kita
naik Maskapai Lion Air, tapi kita diturunkan di Terminal 1 A, daaan kita coba self
check in tapi tak ada penerbangan kitaa, waaaah curiga ini, jangan-jangan kita tak jadi berangkat.
Akhirnya kutanyakan pada pusat informasi disana, dan ternyata pesawat kita di 1
B. oke I see that, kita jalan sambil menenteng barang bawaan dan
jalan lurus saja ke keterminal yang dituju, lalu tanpa berpikir panjang kita
masuk untuk check in, karena kita pikir agar lebih murah nanti bagasinya
pas beli di dalam. Saking banyaknya
prototipe produk yang dibawa, kita kewalahan beli bagasi, udah mahal cuy
pasalnya kita masuk tinggal 2 jam keberangkatan, dan kita habis sekitar 500
ribu lebih hanya untuk beli bagasi, lumayan juga si karena ada Stand Banner
juga yang kita bawa, disini kita ketawa juga asli sampai berdebat sama petugas
bagasinya terus harus packing ulang disitu waaah intinya konyol deh,
(Jangan dibayangin itu kamuu yaa J).
Keempat,
Kita sampai di bengkulu kayaknya agak sore ya, sambil nunggu barang-barang
bawaan dibagasi ngantri keluar, kita sambil cari stand banner yang sudah
dikasih label BARANG PECAH, yaa nyatanya memang begitu, stand banner
yang kami bawa sebagai properti presentasi terbuat dari besi yang mudah pecah,
kaya hatii ehh, engga hatiku sekuat baja. Lanjut, kita nunggu abang-abang
panitia yang jemput sekalian bareng peserta lain di Bandara Fatmawati-Soekarno,
Bengkulu. Tak disangka kita bertemu dengan kawan dari Purwokerto juga, tetangga
kampus Universitas Jendral Soedirman (UNSOED) yang tadinya sempat janjian
bareng tapi baru ketemu sekarang pas sudah sampai di Bengkulu, langsung deh sinyalku
silang, pas aku tanya sinyal Smartfrend disini ilang yah?, Memang kak, disini
tidak ada sinyal smartfrend, okelah, akhiirnya kupakai fasilitas Bandara, Wifi
Gratiss cuy .. :D
Sampailah abang-abang bersama mobil rombongan menejmput kita, yuhuuu..
Bengkulu, baru pernah aku ke pulau Sumatra, oke list selanjutnya pulau
Sulawesi, Kalimantan, Papua, Bali, Lombok, Madura daaan banyak petulangan
lagii... kalau kata Sabrang MDP (Yang suka ikut jamaah Maiyah pasti tau,
atau yang suka nyanyi Di ruang Rindu Kita bertemu .. pasti hafal siapa
penyanyinya) Hidup itu yang paling penting mati dan petualangan sebelum
mati, maka sebelum mati, belajarlah sebanyak-banyaknya, berpetualanglah
sebanyak-banyaknya dan bermanfaatlah sebanyak-banyaknya. Oke Gassss kita ke
penginapan sekitar 45 menit, lumayan jauh juga. Akhirnya sampailah di
penginapan di Mes Pemda Provinsi Bengkulu, kalian tau ??? Penginapan kita ya
setara lah katanya sama hotel bintang 4 kalau dikelola, daan yang paling asik
langsung mengahadap laut kawan-kawan. Kebayang kan, kalau sore bisa liat senja
sambil bersajak gitu, kalau pagi liat matahari senyum mengeluarkan sinarnya.
Oke, Sampai penginapan kita makan, dan bertemu dengan salah satu delegasi
dari Bali, namanya April dan Sindy, tapi aku lupa nama Balinya intinya mereka
baik sekali, so freindly with us dan kita pun ketemu dengan orang yang
sama-sama paham bahasa ngapak, iyaaaa kaya kue, kepriwee ?? salah
satu yang khas. Hari-hari di Bengkulu juga cepat berjalan ternyata, sampai pada
waktu presentasi bertemu dengan dua Profesor Perempuan dari Universitas
Bengkulu, yang sangat menginspirasi. Aku jadi kepikiran untuk jadi Profesor
seperti beliau ini, oke lanjut, akhirnya kita presentasi selesai dan kembali ke
penginapan, kemudian hari selanjutnya kami pada acara Field Trip
keliling Bengkulu, ku kira akan diajak menjenguk Bunga Rafflesia Arnoldi yang
paling terkenal itu, ternyata jarak antara penginapan jauh untuk sampai kesitu,
sekitar 2 jam dari penginapan.
Berjalanlah waktu, sebagaimana berjalannya manusia, kami berjalan dari
Penginapan ke Benteng Marlborough karena jarak hanya sekitar 200 meter dari
penginapan, sangat dekat bukan. Disana kami bertemu dengan sekelompok anak-anak
TK yang sedang berlibur. Dilanjutkan dengan berjalan ke kampung china disana,
sewaktu itu sudah dekat dengan imlek sehingga banyak yang memasang lampion
merah bergantung disepanjang kampung. Kemudian kami diajaklah ke rumah Pengasingan Bung karno dan juga rumah Ibu Fatmawati di Bengkulu, dan ternyata Ibu Fatmawati adalah putri daerah asli Bengkulu yang merupakan, Ladies First Indonesia Pergi selanjutnya ke Pantai Panjang,
ternyata memang itu adalah kompleks pantai yang sangat Panjang, makanya
dinamakan Pantai Panjang. Kemudan kami diajaklah ke pusat oleh-oleh Anggut.
(Rumah Pengasingan Bung Karno, di Bengkulu)
(Rumah tinggal Ibu Fatmawati)
Sampailah pada saatnya kita untuk pengumuman, tidaklah kusangka hari itu
sebagai penawar luka,, (setelah serangkaian drama kaan luka .. J) eh
engga si, dengan ini sebelmun nya diadakan Konferensi Nasional, kita dibentuk
tim dari masing-masing pulau, disini kita coba untuk Brain Storming permasalahan-permasalahan
yang muncul dari segi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable
Developmnet Goals (SDGs) 2030.
Kita pulang lagi pesawat pagi pukul 10, bergegas kami membersi semua kita memakai maskapai Sriwijaya Air lumayan lah, pelayanannya lebih baik. Sampai di Jakarta kami mampir main ke rumah Ayah temanku sambi menunggu kereta malam hari pukul 9an, sebelum itu diajaklah kami keliling kota tua, sungguh wajah ibukota yang sebentarlagi akan dipindah, mengingatkanku zaman aku kecil.
Ada sebuah pembicara dalam Konferensi ersebut yang menarik, beliau adalah
seorang pemilik Akar Foundation, waaaah betapa senangnya dengar kata akar (ehehe
kan punya motto menjalar laksanaa akar serabut, yaa walau kadang didebat, kan
akar serabut ngga menjalar, Up to Me hehe) . Beliau mengatakan, Kalau
kata Roma Irama, Masa Muda itu masa yang berapi-api, kalau kata Soe Hok Gie,
Perjuangkanlah segalanya, tapi jangan lupakan cinta, setiap orang akan
berkumpul dengan mereka yang satu frekuensi,kepada siapa frekuensi itu akn
dipancarkan, daan sering-seringlah kumpul bersama orang-orang marjinal, agar
kau tau bagaimana rasanya berjuang. Inilah kisahnya, kemudian pengumuman
Alhamdulillah usaha tiadalah menghianati hasil kami mendapat apa yang diinginkan, apa yang kau perjuangkan
selaras dengan apa yang nanti akan kau
dapatkan.
Emm, mungkin itu dulu yaaa yang bisa kuceritakan kita bertemu dicatatan
perjalanan selanjutnya, dengan petualangan yang lebih menyenangkan dan penuh
hikmah kehidupan. Aku yakin, kalian pernah merasakan kecewa dalam hidupmu,
seakan-akan dunia berhenti begitu saja, padahal tanpa kau sadari ia akan tetap
berjalan, Life Must Going On kamu harus tetap berjalan, mungkin kau akan
temui kebahagiaan dibelahan bumi yang lain. Kalau kata seorang Dosen,
Perjalanan ini mengajarkan tentang kebeningan, keikhlasan, semangat, kekuatan
serta keindahan. Belajar menjadi air yang terus meresap ke setiap pori-pori
bumi, menyelinap pada akar-akar pepohonan, untuk kesuburan bumi.
Bumi Rafllesia dan Usaha Akar Melepas Tanah, ada rindu yang kutitipkan
lewat sendunya angin semesta. Ada sekerat gambar yang ku abadikan didalamnya,
semesta kadang bergurau, ia ingin melihatmu bengkok dulu lalu kemudian
diluruskan kembali, seusai ini semesta akan kuajak dia bergurau jua, bila kau
dan aku yang menatap mimpi, kita akan dipertemukan pada mimpi yang sama nanti.
Bukan kisah romansa ataupun perbucinan ya kawan, kini lagi ku menegaskan patah
itu niscaya, jadi bagaimana dirimu mengubah setiap energi negatif menjadi
setiap energi positif yang dapat menular ke orang disekitar kita. Selamat Menjelajah
awan.....
“Tetaplah menjadi mata air, menjalarlah laksana akar,
merunduklah seperti padi, menapaklah dan melukiskan jejakmu di belahan Semesta.”







Komentar
Posting Komentar