Catatan Perjalanan #12 Menembus Dinding Bulan Juni

 



Catatan Perjalanan #12: Menembus Dinding Bulan Juni

Oleh

Nia Nur Pratiwi

 

“Merayapi Dinding Bulan Juni adalah Mencoba Menerobos ke dalam Diri.”

 

Aku menempatkan diri dengan nyaman di depan Leptop kesayanganku, warnanya biru diatasnya ada stiker berbentuk pohon dengan akar bertuliskan Nia Nur Pratiwi, yah benar sekali dialah namaku sendiri. Aku duduk menatap layar dengan seksama. Beberapa tulisan merayap di hadapanku, tulisan-tulisan itu seakan-akan merayap membentuk barisan rapih dan mengejanya dengan perlahan berdoa untukku, aku merasakannya. Gelombang radiasinya menancap ke seluruh bola mataku, sesekali aku mengucek mata dan mengistirahatkannya dengan berkedip, kemudian dilanjutkan kembali. Aku serasa berbicara kepada diriku sendiri.

“Sungguh aneh, terkadang aku begitu lelah dengan diriku sendiri dengan segala hal yang aku lakukan dan dengan segala masalah yang aku buat sendiri.”

“Ya...”

“Kamu hidup dibumi ini, dia hanyalah satu dari sekian banyak planet yang menghuni pusaran besar bernama galaksi yang familiar dengan sebutan Galaksi Bima Sakti, yang mengelilingi matahari. Namun, bumilah satu-satunya yang kau tau ada kehidupan, entahlah planet yang lain.”

“Apakah itu satu-satunya diseluruh alam raya ini? Ataukah ada yang lain, misal kita ada rencana pergi ke Mars untuk melakukan eksplorasi kehidupan yang bisa kita tempati berapa ratus tahun kemudian, ketika kondisi Bumi tiada lagi bisa dihuni oleh manusia.”

“Apakah kau terbebas ?”

“Tidak.”

“Mengapa?”

“Aku dibatasi oleh diriku sendiri, dan aku tidak bisa lagi mengelaknya.”

 “Kamu tau caranya membuang semua hal yang kamu rasa tidak relevan ?”

“Tidak..”

“Begini aku beritahu caranya,”

“Bagaimana Aku ??”

“Jadi Begini.. Kuberitahu akan seseorang, namanya Sarte, Jean Paulo Sartre namanya Asing ? Tentu saja. Ini kuberitahu caranya menghilangkan segala hal yang kita rasa tidak pernah relevan dalam hidup. Mungkin ini akan dianalogikan ketika kamu jatuh cinta, dan sedang menantikan dia yang kau cintai menelpon, tapi ternyata kamu tunggu semalaman dia tidak menelponmu, nah makannya kamu ingin bertemu dengannya, kamu berencana bertemu di kereta; orang-orang yang kau temui ramai dimana-mana, dikursi tunggu, di peron, bahkan ada banyak yang melintasi lintasan rel kereta, kamu menganggap mereka adalah penghalang bagimu, dan kamu tidak menyukai mereka sama sekali. Kamu merasa mereka sudah mengambil jatah kebahagiaanmu terlalu banyak dan ruang yang yang sangat banyak di stasiun kereta. Satu hal yang kamu lakukan adalah memperhatikannya dan faktanya dia tidak berada di sana.”

“Apakah aku bersedih ?”

“Nah, itu dia kalau menurut Simone de Beauvoir berusaha untuk menerapkan eksistensialisme pada feminisme. Sartre pernah mengatakan lagi nih, kalau manusia itu ngga punya ‘sifat’ dasar untuk bergantung. Kitalah sendiri yang menciptakan diri kita sendiri.”

Setelah jawaban demi jawaban terjawab atas pertanyaan-pertanyaan aneh yang terus meluncur jauh ke arah sana, Aku tetap tegak duduk didepan leptop biruku. Suatu pikiran tiba-tiba menyelinap masuk ke sela-sela otakku, Apakah aku bisa membuat skenario cerita hidupku sendiri ? Atau sebenarnya memang aku sudah membuat skenario awal dan akhirku dahulu bersama dengan Sang Pencipta, tapi karena terhalang dinding bernama lupa mengakibatkan aku tak pernah mengingat apapun peristiwa sejarah itu. Lagi-lagi muncul pemikiran yang mungkin agak kurang selaras dengan kehidupan lazimnya, aku sebenarnya setiap saat membawa buku catatanku diantara dua malaikat kanan dan kiriku yang sudah kutulis diwaktu lampau dan saat ini tugasku adalah menebalkan tulisan itu kembali ketika masa dulu sewaktu masih TK ketika kita diberikan tugas oleh Bu Guru untuk menembalkan tulisan yang sudah berbentuk titik-titik dan titik-titik itulah yang dituliskan kita sebenarnya dimasa lampau.

Apakah kau tau,  sebenarnya sedari tadi aku sedang melubangi Bulan Juni, kutulis ini dengan titik-titik dibulan Mei, nanti tulisannya akan kuperjelas lagi dibulan Juni. Semoga.

 

 

21-05-2021

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan #32: Lelaki Penyusun Puzzle

Catatan Perjalanan #34: Matahari Senja dan Puzzle nya

Catatan Perjalanan #29: Menghadiri “Gala Bunga Matahari”