Part 1 - Catatan Perjalanan #16: Perjalanan Lombok, kisah Kompilasi Perjalanan Air, Udara, Tanah

 



Part 1 - Catatan Perjalanan #16: Kisah Kompilasi Perjalanan Air, Udara, Tanah)

 (Lombok)

Oleh

Nia Nur Pratiwi

“Kita bebas bertemu dengan siapapun, berteman dengan siapapun dan bersaudara dengan siapapun. Akan tetapi kita punya prinsip yang senantiasa kita yakini. Selepas ini, Aku ingin naik kapal Selam, helikopter atau melayang ringan di atas Drone bahkan menyusup di kapal Nelayan yang mengangkut ikan untuk makan sehari esok .

 

Welcome to my journey, I will tell you about the miracle in this story, Check this out. Kembali lagi dikisah perjalanan ini, tenang kisah yang banyak mengandung makna kehidupan. Ku ceritakan rentetan kisah  rentetan kisah keberangkatanku terlebih dahulu, sebelum itu aku munaqosyah dan melangsungkan satu acara selama tiga hari, selang satu hari kemungkina aku mengurus keberangkatanku ke Lombok. Hari senin tanggal 5, Asti partner berpetualangan kali ini mencairkan uang ke Fakultas, keesokan harinya tanggal 6 kami harus melakukan tes covid antigen sore, dengan harapan masih akan terpakai selama 24 jam karena keberangkatan kami menggunakan kapal, syukur ketika menggunakan kapal lebih murah dan bisa menikmati matahari di lautan. Tapi kekurangannya adalah kami harus menunggu dan seringkali di PHP oleh pihak maskapai kapal, karena jadwal sandar yang seringkali berubah  [kaya sandaran hati yang belum kelihatan siapa wkwk :) ]. Kami akhirnya berangkat dari stasiun Purwokerto jam 22.46 WIB menggunakan kereta Jayakarta dengan tujuan Purwokerto-Surabaya Gubeng, dengan harga 180.000 untuk dua orang jadi 360.000. Akhirnya Aku bisa menikmati kereta malam ke Surabaya, bukan hanya sekedar lagu saja yah (eh lagu dangdut).


Senja di kereta Jayakarta

Kami sampai di Surabaya Gubeng pagi pukul 06.37 WIB ditanggal 07 September 2021. Setelah itu aku mengabarkan kepada salah seorang kawan di Surabaya dialah Salsa seorang kawan satu perkaderan ketika aku mengikuti Darul Arqam Madya di Ciputat. Sayangnya dia tidak bisa datang ke Stasiun Surabaya Gubeng untuk bertemu, jadilah ku agendakan kita akan berjumpa nanti di Pelabuhan saja. Tujuan kami selanjutnya ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Kita naik mobil saja dari stasiun dan kemudian di antar ke agen kapal di dekat Rajawali di Surabaya dengan embayar mobil seharga 50.000 ke alamat tempat ini berdekatan juga dengan pangkalan laut di Surabaya. Sampailah kita di agen, kemudian kami beli tiket dan transit disana sekitar 12 jam sembarii mandi dan tidur siang serta makan. Kami titipkan barang-barang disana dan kami mencari makan di sekitar Rajawali. Setelah muter sekitar 2 jam berjalan kaki, akhirnya kami kembali ke tempat makan pertama, (Begitulah manusia cari ke ujung dunia ternyata jodohnya di depan mata hahaa). Baru pernah aku makan nasi goreng tapi cabainya di gigit langsung kaya makan mendoan di Banyumas.




Cari makan keliling Surabaya 

Ketika kami ada ditransit, aku benar-benar mulai mengamati dan mengkomparasi dengan perjalanan-perjalananku yang sebelumya. Disinilah kemudian aku tertampar banyak hal, Pertama, banyak sekali hal-hal yang seringkali tidak kita syukuri walaupun hanya sekedar mengamati sekeliling padahal ini menjadi kunci kita bisa menjadi manusia yang bersyukur apalagi dalam perjalanan. Kedua, Ternyata memang kita bisa mengamati orang-orang dari tingkatan sosialnya, bahwa siapa saja yang seringkali menumpak kapal atau siapa yang biasa menumpak pesawat dan orang-orang nya bisa kita lihat dari kalangan siapa saja  disana.  Ketiga, ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam penungguan, sebut saja belajar entah itu membaca buku atau membaca sekeliling. Pernah ada beberapa pedagang datang ke kami untuk menawarkan dagangannya, seketika itu hati ini benar-benar ingin menangis, betapa tidak bapak tersebut bercerita dengan berkaca-kaca bahwa dagangannya seringkali jarang yang laku, anak-anaknya juga jauh, sampai dada ini rasanya sesak ingin menangis pula kepikiran bapak sendiri di perantauan sana. Sampai akhirnya bapak tersebut pergi dan kami berusaha membantu semampu kami.

 



Suasana transit, sebenarnya ini rame banget cuma lagi pas sepi. 

Pelabuhan Tanjung Perak

Kami mencoba menanyakan keberangkatan kapal kami, seorang petugas mengatakan jam 9 malam kapal akan sandar dan jam 11 malam akan berlayar, maka kami putuskan jam 4 sore ba’dha Ashar kami berangkat ke Pelabuhan dengan diantar oleh mobil Agen. Kami sampai di pelabuhan sekitar pukul 16.30 WIB, masuk ke Pelabuhan kami disambut dengan suasana yang sangat Bringsang (Gaduh, kotor, panas dan bising serta tidak rapih) kemudian kami duduk dan mengamati sekeliling, serta kami mencari tempat yang lebih bersih dari ruang tunggu utama. Kami menemukan di sebelah Utara dekat dengan Surabaya North Quay ada blower yang cukup besar dan juga cukup bersih dibandingkan dengan sebelumnya walaupun ruangannya mungkin lebih kecil dibandingkan sebelumnya tapi ini lebih lumayan baik.

Waktu berjalan, hari hampir malam, tiba-tiba telfon berdering dan Salsa meleponku, dia mengabarkan akan menuju ke Pelabuhan setelah selesai mengajar les salah satu anak didiknya diles privat. Sebelum itu Aku dan Asti berniat untuk makan, namun kami mengurungkan niat dengan alasan menunggu Salsa datang terlebih dahulu, agar kami tidak Slisiban (Dia datang, kami pergi/Misskomunikasi kedatangan). Tidak berselang lama, kemudian Salsa datang dengan menenteng makanan, MasyaaAllah Allah baik banget dateng kawan dengan membawa makanan tuh kaya sebelumnya kita berniat makan dah datang sendiri gitu, Terimakasih Salsaa J .

Surabaya North Quay bersama Salsa

Setelah itu kami berbincang cukup lama kemudian ritual Photo Session untuk pertemuan dan sampai akhirnya maghrib tiba kemudian kami menunaikan sholat maghrib di Pelabuhan, kemudian Salsa beranjak pamit karena hari sudah malam juga dan karena kami mengatakan jam 9 kapal akan sandar dan am 11 kita kemungkinan akan berlayar. Hari mulai larut, Aku dan Asti kemudian ke tempat penungguan di sebelah sambil Astibolak-balik menanyakan kepada petugas kapan kapal akan bersandar, lalu kami ehat sebentar di kursi dengan tidur bergantian agar barang-barang tetap aman. Selepas itu kemudian Asti bercerita bahwa ia baru saja bertemu dengan seorang pendaki yang akan naik Rinjani asal dari Jawa Tengah, senangnya bisa bertemu saudaara satu daerah ditempat yang lain.

Kata Asti, dia sempat berbincag lama ketika aku dan Salsa ngobrol dan Asti memutuskan untuk mencari spot foto sampai dia izin ke petugas dengan membawa kartu persnya. Ternyata dari salah satu mereka berasal dari Wonosobo namanya Mas Komeng, beserta dengan kawan pendaki yang lain dia melakukan perjalanan ke Rinjani. Setelah melalui seharian di Pelabuhan jam 9 malam tiba, kami berharap kapal bersandar ternyata sampai larut malam tidak terlihat juga ada tanda kapal DLN OASIS sandar, akhirnya kami putuskan untuk bertanya ke  petugas malah kami dimarah-marahi olehnya, dengan alasan kalau kapa sandar pasti akan mereka kabarkan. Akhirnya kami kembali ke mushola untuk sholat Isya, buang air kecil, ke kamar mandi untuk cuci muka dan singgah sebentar untuk belajar di mushola, diistu kami bertemu dengan seorang bapak yang juga bertujuan sama ke Lombok karena menggarap Proyek Sirkuit Moto GP yang di dekat Mandalika untuk event 2022 nantinya.

Kami di mushola agak lama dengan mengecek segala berkas dan belajar disana untuk persiapan presentasi Karya Tulis yang sudah kami buat, ternyata kami belum beli Materai akhirnya Asti memutuskan untuk pergi ke Alf*am*rt untuk membeli materai 10.000, oiya sebelum beranjak ke cerita seanjutnya, Aku belum menceritakan  harga tiket kapal yah, kami menapatkan tiket seharga 194.000 untuk dua orang jadi 388.000.     


Bersambung............................................................................... dipart 2 

  

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalanan #32: Lelaki Penyusun Puzzle

Catatan Perjalanan #34: Matahari Senja dan Puzzle nya

Catatan Perjalanan #29: Menghadiri “Gala Bunga Matahari”