Part 2 - Catatan Perjalanan #16: Perjalanan Lombok, kisah Kompilasi Perjalanan Air, Udara, Tanah
Lanjut.. dipart ke-2
Dengan tiket kapal yang seharga itu kami bisa menghemat pengeluaran yang semula kisaran 500.000an untuk pergi menggunakan Pesawat kami bisa menghemat sekitar itu. Alhamdulillah, kepergianku kali ini begitu berharga dan juga mengandung banyak sekali hikmah kehidupan (kaya FTV wkwk). Di Alf*m*art Asti bertemu dengan salah seorang Backpacker asli Depok, nama samarannya Mas Abu tapi kayaknya nama lengkapnya Farhan kalau tidak salah. Mohon maaf mencantumkan nama-nama dicerita ini yah, jikalau kurang berkenan bisa WA saya, kan kalian sudah punya kontak WA saya hehe. Oiya lanjut Asti kembali lagi ke Mushola untuk melengkapi segala macam berkas dan belajar semampu kami.
Kemudian waktu menunjukan pukul 12
malam, namun tiada tanda-tanda kedatangan kapal, kata si Bapak yang ada di
Mushola kemungkinan kapal sandar jam 5 pagi, wah-wah-wah ngga beres ini, kita
di berikan harapan terus hahaha. Akhirnya ada banyak petugas yang berada di
Pelabuhan menghampiri kami dan mengusir kami dari Mushola, di kiranya kami
tidur disana, padahal kan kami hanya duduk untuk beristirahat sembari belajar
dan tidak membuat kotor pula, tapi apalah daya, itu peratuan yang harus kita
patuhi, karena Dimana Bumi Kita Pijak, Disitu Langit Kita Junjung.
Begitulah kiranya, kemudian kami kembali ke tempat transit awal dekat dengan
tempat pemberhentian kapal yang berada disebelah kiri Surabaya North Quay.
Masuklah kami dengan langkah yang percaya diri, Hiyaaaah hiyaaah, bawa koper
dan tas Daypack E*ger yang ku beri nama Tas Seumur Hidup,yah dengan harapan tas
ini bisa menemani perjalanan sampai nanti, dan dialah yang menjadi saksi setiap
perjalanan menakjubkan dalam hidup ini hehehehe.
Sampai akhirnya kami di dalam ruang
tunggu dengan kursi hitam bolong-bolong
dan menghadap ke laut, disitu Aku mengeluarkan sebuah buku berjudul Mengapa
Aku Berbeda, yang merupakan buku antologi orang difabel kiriman dari
seorang kawan di Sukoharjo, Solo. Kemudian tak berselang lama Aku membaca buku,
kemudian timbulah rasa kantuk, maklumlah, buku adalah obat tidur termanjur
dalam sejarah hahaha. Karena kami mengantuk akhirnya kami putuskan untuk
mengeluarkan kamera Asti dari tas yang selama ini menggelantung di leher Asti
dan hanya sesekali saja dilepas bila ada keperluan, dikarenakan melihat
sekeliling agak riskan dan tidak memungkinkan, bila hanya ditaruh begitu saja.
Kemudian setelah itu kami melakukan
foto-foto datanglah mas Komeng dengan mengatakan, “Wah meluu iki foto,” (Wahh
ikut ini fotonya), kedatangan Mas Komeng tidak sendiri, dia bersama dengan
kawannya yang berasal dari Surabaya, namanya Mas Ilmi, dia orang Asli Surabaya,
Jawa Timur yang merupakan kawan Mas Komeng. Kami berbicang cukup lama sampai
dini hari, bahkan sampai Asti gatal-gatal karena alergi dengan kursi
bolong-bolong atau bahkan kursinya memang sebenarnya kotor sehingga mengundang
kuman dan membuat gatal-gatal kulit. Akhirnya Mas Ilmi menyarankan Asti untuk
menggunakan kaos kaki, dan Alhamdulillah gatalnya sudah reda dan tidak gatal
lagi, mungkin karena efek samping kulit dan bersentuhan langsung dengan kursi
tersebut atau tidak tau bagaimana, intinya habis pakai kaos kaki udah ngga
gatal lagi.
Kemudian tanpa disangka Aku dan Asti
ketiduran dan saling bersandar di tasku yang berada ditengah-tengah kami berdua.
Namun tidak kami sadari ternyata Mas Ilmi masih berada dibelakang kami berdua
dan Mas Komeng pun tidur tak juh dari kami sekitar jarak 2 meter dari kami
berdua. Disini kami benar-benar merasa Allah mengirim orang-orang baik yang
ikhlas membantu, walapun hanya sekedar menunggu kami tidur sejenak karena
tempat yang kurang memungkinkan juga. Sekitar jam 2an mungkin atau jam setengah
3 Mas Ilmi pamit pulang ke rumah, dan perkataan terakhir sebelum mas Ilmi pergi
ke Mas Komeng “Bang, nitip nih dua Anak,” wah kita merasa punya keluarga baru
di Pelabuhan Tanjung Perak ini, sampai akhirnya mas Ilmi pergi dan Mas Komeng
masih ada disekitar kami, tak jauh dari situ.
Dari berbagai peristiwa itu kemudian akhirnya pagi tiba, kami
menunaikan sholat subuh bergantian. Ketika aku Sholat Asti menjaga
barang-barang kami. Sampai akhirnya waktu menunjukan pukul 5, kami sangat
antusias karena kapal sudah sandar dan artinya kami akan melakukan perjalanan
berlayar ke Lombok dengan segera, tapi nyatanya kami harus mengantri dulu, dan
ada satu kejadian yang benar-benar kocak yang kami alami, ternyata kami
mengantri rombongan yang berangkat ke Makasar bukan ke Lombok, na’asnya kami
sudah mengantri cukup lama, dan petugas marah-marah, kata petugas kalau bukan tujuan Makasar
tidak perlu mengantri di pemberangkatan Makasar. Wah betapa kami maluunya itu
dilihat banyak orang, kemudian kami menepi di pinggiran Tempat registrasi
sambil duduk dan menahan lapar karena pagi-pagi belum sarapan (Duhhh rasanya kok
nelangsa banget yah, gini-gini amat perjalanan kali ini) Sambil menyanyi
Soundtrack Orang Pinggiran, sembari menepi dipinggiran kemudian menunggu antrian keberangkatan ke Lombok,di tengah-tengah itu kemudian sampai Aku berpikir tidak mau naik kapal
lagi, kalau gini, susah tempatnya, susah gantrinya, PHP pula. Tapi hal ini yang
pada akhirnya membuatku ketagihan naik kapal, nanti kuceritakan bagaimana
sensasinya. Kemudian tidak berselang lama setelah rombongan antrian ke Makasar kemudian
tibalah antrian ke Lombok, nah disitu Aku dan Asti kemudian lari dari tempat
kami duduk dipinggiran dengan menenteng koper ke tempat antrian, sampai
akhirnya kami berada pada barisan terdepan disana, tapi nyatanya petugas dari
DLN OASIS belum ready ditempat. Kemudian kutanyakanlah kepada petugas,
“Pak,
ini kemana petugasnya kok ngga ada sih?”
“Sabarrrr mbaa !! nanti juga kalau
sudah ada disitu pasti dilayani registrasi,” wah disitu saya disemprot lagi
sama bapaknya.
Ternyata tidak disangka Mas Komeng
berada tepat dibelakang barisan Aku dan Asti dan dia menertawakan itu. Lalu
kusarankan Asti untuk mundur saja dari barisan antrian biar Aku saja yang
mengantri agar cepat berangkat pula, lumayan lahkan jadi terkurangi satu orang
tuh. Akhirnya kami mengantri dan diberikan tiket OASIS lalu kami masuk ke Check
in barang-barang menuju kapal, sebelum itu kami harus melalui scan
barang-barang. Ternyata X Banner yang kami bawa agak bengkok karena terbentur
oleh koper ketika masuk mesin Scan. Ya sudahlah, tapi tidak terlalu parah,
masih bisa digunakan dan masih bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Kapal Damai Lautan Nusantara (DLN) OASIS
Kemudian kami naik ke kapal, nah disini point Tips dan Triknya bagi kalian para pemula naik kapal apalagi tidak menyewa jasa porter ke atas, siap-siap yah jangan bawa koper yang isinya terlalu berat, karena medan yang dilalui cukup tinggi naik terus menanjak karena tangga seperti tegak lurus, dan bayangkan aku bawa koper besar dan harus kami bawa sendiri dengan tangan yang seakan-akan mau menyerah di tengah-tengah. Ah sudahlah, agak hiperbola memang, tapi nyatanya memang begitu, asli kalau mau naik kapal mending bawa Carrier dah atau tas besar dan jangan koper yang terlalu berat dan besar, nanti kewalahan sendiri kalau ngga nyewa porter.
Sampailah kami diatas dan mencari tempat yang tepat serta dengan view yang mendukung, kemudian kami memilih didekat jendela kapal yang langsung melihat laut disana. Isi kapal cukup rapih, aku tak membayangkan sebelumnya ternyata di kapal ada tempat tidurnya wlaaupun tidak se empuk kapal VIP tapi tempat tidur ini sangat berfungsi sekali menjadi tempat beristirahat selama 20 jam perjalanan ke Lombok.
Bersambung......................................
Okeee kalau penasaran cerita selanjutnya pantau terusss yah Blog saya, kita lanjut perjalanan ini di Part 3 ...
see you next time :)
Komentar
Posting Komentar