Esai #3: Sastraku dan Sastrmu Berjalan Bersama Borjuis dan Proletar
Sastra dan Dinamika
Sosial
Nia Nur Pratiwi
Keadaan
masyarakat terkadang tidak terkendali. Masyarakat sekarang cenderung lebih
kritis dibandingkan dengan masyarakat terdahulu. Pasalnya di era sekarang semua
informasi terkini dan teraktual sangat mudah untuk diakses. Begitu pula dengan
berbagai macam kasus ketimpangan sosial. Masalah perihal ketimpangan dalam
masyarakat. Apabila masyarakat terdahulu cenderung untuk menanti kabar, maka
masayarakat sekarang lebih senang untuk searching atau browsing
untuk bisa menikmati berita terhangat bahkan sambil minum kopi dengan
menggunakan sentuhan jari jemari bisa langsung ditemukan berita yang dicari.
Maka, masyarakat Indonesia itu sebenarnya tengah dimanjakan. Akan tetapi mereka
belum peka dengan keadaan sekitarnya.
Ketimpangan
masyarakat borjuis dan masyarakat proletariat terjadi masa sekarang. Masyarakat borjuis (bourgeois fate),
memiliki kekuatan dan kekuasaan yang seakan akan penuh dengan mempengaruhi
negara dan proses pengambilan keputusan. Selama kelas kelas ini masih ada, maka
akan terus menampilkan kelas politik dimasyarakat. Masyarakat proletariat pun
memiliki peranan, kaum proletariat hanya bisa bisa berjuang dibagian dalam
saja. Mereka berkutat dengan perlawanan perlawanan yang terkadang tak digubris.
Sekarang pun terkadang menjadi sebuah hal yang menjadi rahasia umum, apabila
aspirasi kalangan bawah tak dilirik. Bagi masyarakat kelas atas mereka bisa
mengubah bahkan menjadi penguasa dari politik yang berjalan sekarang.
Bagi
masyarakat proletar ketimpangan adalah hal yang luar biasa. Mereka merasakan
ketidakadilan yang jelas. Pada era sekarang, istilah masyarakat ini memang tidak
dipakai, akan tetapi kehadirannya sangat jelas terdapat di lapisan masyarakat.
Permainan angka statistik pada grafik perekonomian negara, di mana digambarkan
mereka para kaum kelas menengah ke bawah akan menduduki grafik bawah dan
sebaliknya kaum kelas menengah ke atas cenderung memiliki grafik ke atas, dan
lebih kearah naik serta progresif. Sedangkan kaum bawah, biasanya mereka akan
stagnan ditempat. Keadaan ini akan menjadi bom waktu didepannya. Setiap
peristiwa yang terjadi di masayarakat meyangkup ketidak seimbanganpun aktor
utama adalah mereka kaum kelas atas dan kelas bawah.
Grafik Sosial
Kesenjangan perekonomian di Tanah Air,
sesungguhnya merupakan keadaan luar biasa. Menarik untuk terus menjadi topik
perbincangan. Permainan angka statistik dalam keadaan sosial, digunakan secara
terbatas dan sewenang wenang untuk memproduksi identitas sosial dan
representasi. Keadaan luar biasa ini dipengaruhi oleh beberapa sistem yang
sepertinya belum cocok dengan keadaan yang ada di negeri ini. Pertama, keadaan
sumber daya yang berbeda. Sumber daya di masyarakat menjadi sebuah modal dalam
pengaturan dan pemanfaatan perekonomian secara global atau menyeluruh.
Dampaknya, laju perekonomian menjadi rendah apabila masyarakat tidak dapat
memanfaatkan sumber daya secara maksimal.
Kedua, kebijakan pemerintah yang terus
menerus dengan tak diiringi realisasi yang optimal, menyebabkan kesenjagan sosial.
Misalnya, kebijakan mengenai transmigrasi. Saat transmigran atau warga
pendatang lebih cepat maju dibandingkan dengan warga asli atau penduduk asli
daerah tersebut. Inilah yang memicu ketimpangan yang ada. Ketimpangan ini
terjadi kerana adanya ketidaksetaraan diantara warga pendatang dengan warga
asli. Mereka seharsunya dapat berkembang bersama, namun dikarenakan penguasaan
wilayah dan keuasaan kaum pendatang lebih banyak, terkadang menjadi pemicu
ketimpangan sosial dimasyarakat.
Ketiga, pengaruh globalisasi yang tidak
disikapi dengan tepat maka akan memicu keadaan Chaos. Masyarakat yang
tidak mampu untuk memanfaatkan arus globalisasi, maka mereka akan tergerus
zaman kemudian mereka tidak bisa mencapai ke arah kamajuan dalam hal berpikir
maupun dalam hal bertindak. Sebenarnya tak patut masyarakat globalisasi menjadi
aktor utama dalam kesenjangan ini, akan tetapi, dalam hal ini pasti di setiap
komponen masyarakat tidak bisa dipungkiri akan timbul kelas kelas sosial yang
terdiri dari kelas atas yang semakin berkuasa dan kalangan bawah yang bisanya
semakin ke bawah. Dikarenakan arus globalisasi tidak dapat terkendali.
Seharusnya keadaan yang seperti ini apabila bisa teratasi, justru akan menadi
peluang emas.
Maka dari itu, keadaan ini seharusnya bisa di berantas dengan sistem
sistem yang lebih efektif dibandingkan dengan keadaan yang sekarang. Karena,
kondisi dan proses global yang mengarah kepada kebebasan untuk bertindak dan
kebebasan dalam menggunakan hak perseorangan, menjadikan timbulnya kelas kelas kembali
pada masa kapitalisme. Walaupun tak nampak jelas kelas ini, akan tetapi sangat
diarasakan kehadirannya. Terutama dalam kalangan kalangan bawah yang seakan-akan
di tindas dengan kalangan kelas atas. Kesenjangan dan eksploitasi perekonomian
ini bisa diatasi apabila betul-betul terdapat keseriusan aktor utama dalam
percaturan ini. Yaitu lapisan rakyat dan kalangan pejabat pemerintah.
Upaya
mengatasi inilah yang menjadi pekerjaan rumah besar bagi generasi setelahnya,
karena mereka akan menanggung terus dinamika kelas kelas sosial apabila tak
bisa menyentuh sisi sensitif adanya ketimpangan dan berani masuk kedalamnya
serta bisa mengganti wajah lama menjadi wajah baru. Serta bisa sedikit merubah
alur dinamika ke arah yang progresif tanpa ketimpangan. Sehingga, keadaan masyarakat
borjuis dan proletar bisa ditengahi dengan muncul masyarakat baru sebagai
masyarakat berkemajuan yang didukung dengan grafik progresif kearah yang lebih baik, bukan kearah
ketimpangan yang terus menerus.
Dimensi
Sosial Dalam Puisi
Sastra dalam masyarakat menurut Sapardi Djoko Darmono merupakan hal yag
selalu berkembang dalam masyarakat, Sapardi menegaskan dengan sastra seseorang
dapat mengekspresikan isi hati seperti puisi karya W. S Rendra di bawah ini:
Sajak Orang Kepanasan
...
Karena Kami Kucel
Dan kamu gemerlapan
Karena kami sumpek
Dan kamu mengunci pintu
Maka kami mencurigaimu
Karena kami terlantar di jalan
Dan kamu memiliki semua keteduhan
Karena kami kebanjiran
Dan kamu berpesta di kapal pesiar
Maka kami tak menyukaimu
...
Puisi karya W. S Rendra yang berjudul Sajak Orang Kepanasan ini menjadi
salah satu kritik sosial yang penyampaiannya menggunakan makna tersirat dalam
sebuah puisi. Penggambaran tokoh “kami” pada puisi di atas menjadi sebuah
gambaran rakyat kecil sebagai kalangan bawah. Lalu gambaran “kamu” mengisahkan
mereka para kalangan borjuis. Pada bait pertama, digambarkan keadaan kucel pada
tokoh “kami” yang secara tersirat menjadi gambaran sebagaimana rakyat jelata
yang dekil, kucel dan hanya tinggal di tempat sempit serta tak layak.
Dipaparkan secara tersirat, bahwa kalangan proletar selalu menjadi bulan
bulanan kalangan borjuis.
Kemudian pada bait kedua ditegaskan dengan pernyataan yang menerangkan
keadaan seperti langit dan bumi.
Dan kami terlantar di jalan
Dan kamu memiliki semua keteduhan
Sangat jelas
kalangan proletar hanya hidup di jalanan sebagai masyarakat yang tak bisa hidup
dalam kemewahan, lalu mereka kalangan kelas atas bisa mendapatkan keteduhan
melalui rumah rumah yang mewah yang sangat layak huni.
Lalu bukankah ini menjadi kondisi
yang sangat disayangkan. Bagaimana tidak, bahwa sebuah negara yang sekaya ini
masih ada saja kesenjangan sosial yang membatasi arah gerak masyarakat kemudian
dibatasi pula dengan segala bentuk perbedaan sehingga terjadinya grafik yang
tak seimbang di masyarakat kita. Seyogyanya, kita bisa mengurangi perlahan
ketidakseimbangan ini, tapi sampai kapanpun pasti akan terus ada kepincangan di
kehidupan masyarakat. Maka biasanya, salah satu media kritik yang bisa
berdampak masif dan ampuh untuk membangun kesadaran dalam membangun negeri
adalah sebuah bacaan yang bermakna dalam, serta menyeluruh. Dengan sastra
biasanya orang cenderung lebih menerima dengan mudah, karena kerangkanya yang
dianggap ringan membuat penerima kritik akan menjadi penerima dengan baik.
Antara sastra dan kritik sosial
memang tidak bisa terlepaskan, terlebih pada daya tariknya sebagai sebuah
cerminan daripada sebuah dinamika sosial yang melanda negeri ini. Sebagaimana
satu penggalan puisi berjudul “Sajak Orang Kepanasan” karya W. S Rendra di
atas, sastra berupa puisi khususnya dapat membawa penikmatnya kepada gambara sosial yang tertera di kehidupan nyata. Pengguanaa sastra
sebagai media penggugah rasa kemanusiaan melalui puisi W. S Rendra ini bisa
saja menjadi sebuah pertimbangan bagi pembaca untuk dapat merenungkan segala
bentuk ketidakseimbangan dalam masyarakat. Maka, setelah itu dapat ditarik
sebuah konklusi bahwasannya sastra, sosial dan kemanusian adalah sebuah kesatuan.

Komentar
Posting Komentar