Esai #2: Pemilu dan Tekhnologi Demokrasi
Pemilu dan Tekhnologi: Besar Berkemajuan
Oleh : Nia Nur Pratiwi
Demokrasi dan teknologi memiliki
hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Dewasa ini, semua lapisan
masyarakat akrab dengan teknologi. Menelisik kepada fenomena pemilu di
Indonesia maka kita akan menemukan banyak problem di badannya. Pemilu di
Indonesia belum mencapai titik keberhasilan yang sebenarnya, dikarenakan selama
proses pemilu terkadang terjadi tindak kecurangan yang menimbulkan gesekan
antar lapisan masyarakat. Setiap memasuki tahun politik maka semua kegiatan
yang berkaitan dengan pemilu akan bergerak dengan sendirinya. Proses pemilu
dikatakan berhasil manakala, perjalanan pemilu tidak dicampuri dengan politik
kotor oknum tak bertanggungjawab.
Selama
ini pelaksanaan pemilu di Indonesia masih sangat sederhana. Karena pemilu
secara manual menjadi hal yang sudah sangat lumrah, bahkan menjadi hal yang
paling ditunggu tunggu sebagai momentum yang di tunggu untuk pergantian
kepemimpinan sebuah daerah ataupun negara. Maka pelaksanaan pemilu yang digencarkan
selama ini masih menganut sistem yang terdahulu, dimanasegala sesuatu di
lakukan secara manual. Sebagai contoh perhitungan suara dan pencoblosan yang
masih menggunakan media yang sederhana. Peralatan yang biasa digunakan dalam
pemilu secara sederhana yakni kotak suara, paku untuk mencoblos, perhitungan
suara secara manual dan pendistribusian suara ke pusat masih menggunakan
teknologi yang sederhana. Sebagaimana asas yang menjadi dasar pemilu yakni
Langsung, Umum, Bebas, Jujur dan Adil (LUBERJURDIL), diperlukan sebuah
terobosan baru yang mampu menjadi hal baru dalam kancah pemilu di Indonesia
sendiri. Karena, disetiap pelaksanaan pemilu sendiri masih menjadi hal yang
menarik antusiasme masyarakat Indonesia.
Pemilu berbasis manual akan
menghabiskan banyak waktu yang menjadi hal yang sangat penting. Pemilu
menggunakan jalan manual memiliki berbagai kekurangan, inilah yang menjadi
permasalahan utama dalam pemliu. Proses pemilu yang selama ini dirasa kurang
efektif sehingga terkadang menjadi hambatan sendiri, kemudian muncullah bentuk
tindak pelanggaran dalam pemilihan umum. Permaslahan ini meliputi, perhitunan
suara yang kurang efektif karena memakan banyak waktu, mengapa demikian,
tentunya ada banyak hal yang mendasari ini semua. Proses perhitungan suara
secara manual dengan kertas suara yang akan mejadi sampah ketika nanti sudah
tidak lagi dipakai. Disususl dengan penembangan hutan secara liar untuk
memproduksi ketas yang banyak. Pengguanaan kertas suara dirasa memakan banyak
waktu, karena penyaluarannya yang lama dimulai dari tingkat Desa kemudia sampai
ke pusat membutuhkan banyak waktu.
Ekspolitasi
hutan yang semakin gencar dalam upaya pembuatan kertas, menjadi masalah juga
sebagai hal yang harus segera di perbaiki. Karena penembangan hutan yang terus
menerus tanpa diimbangai reboisasi sehingga menghabiskan persediaan pohon untuk
pembuatan kertas. Masalah utama dalam pemilu manual juga ada dalam kertas
suara. Pada sampah yag dihasilkan kertas suara setelahnya. Kalaupun dengan cara
hitung cepat atau quickcount hanya diambil sebagian dari suara yag
dianggap mewakili suara lain, perhitungan ini pun masih menemui kendala,
dikarenakan harus ada distribusi kertas suara ke pusat.
Setiap
tahunnya Pemerintah menganggarkan dana sebesar 10 triliun yang diperuntukan
untuk keperluan pemilu. Sebagian dari anggaran itu digunakan untuk mencetak
seurat suara, hal ini dapat kita minimalisir dengan pemanfaatan teknologi yang
sudah ada. Teknologi ini sudah sangat melekat pada masyarakat Indonesia yang
sebagian besar tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan digital, yakni smartphone.
Tujuannya dengan adanya pemanfaatan teknologi yang semakin canggih memiliki
bagian dari pemilu yang mungkin bisa mengaplikasikan asas asas pemilu
diantaranya.
Dengan teknologi pun menghemat biaya penyelenggaraan
pemilu tenaga distributor dan meminimalisir kecuranga dibandingkan dengan
konsep pemilu secara konvensional.
Aplikasi Teknologi Demokrasi
Konsep
pemilu digital menjadi solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan
kecurangan dalam pemilu, serta penghematan surat suara. Pemilu digital
memadukan beberapa konsep menjadi inovasi untu pemilu yang langsung, umum,
bebas, jujur dan adil secara hemat anggaran dan tenaga pendistribusian surat
suara. Konsep pemilu digital akan menjadi bagian dari yang sangat efektif,
konsep ini antara lain , Pertama penggunaan aplikasi berbasis android
sebagai sistem yang dapat dikembangkan . Pemilu ini menggunakan android yang
berbasis aplikasi akan menghemat waktu, tenaga dan tempat yang relatif lebih
efektif dibandingkan dengan pemilu konvensional. Kedua, Meminimalisir
surat suara, menjadi bagian pelestarian lingkunga hidup. Kertas suara yang
digunakan setelah pemilu akan menjadi sampah dan mengotori lingkungan.
Ketiga, Penghematan anggaran dari penggunaa kertas yang banyak
menjadi fasilitas. Berdasar data Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Fery
Kurnia Rizkyansyah mengatakan pemilu untuk Presiden tahun 2014 menggelontorkan
dana Rp7, 9 triliun untuk dana putaran. Dana ini terperinci enjadi 4 riliun
untuk perputaran pertama dan 3, 9 triliun untuk putaran kedua. Dengan teknologi
ini menjadikan mudah dalam pelaksanaan demokrasi dimasa depan, selain lebih
ramah lingkungan hemat anggaran dan efektifitas waktu serta pemanfaatan
teknologi yang mumpuni.]
Menurut data Kementerian Komunikasi dan
Informatika dan Lembaga Riset Digital Marketing Emerketer, tahu 2018
diperkirakan mencapai 100 juta jiwa penggunaa ponsel pintar atau smartphone.
Baru baru ini dengan teknologi
yag semakin canggih mengapa tak dimanfaatkan dengan baik, maka Rudiantara
selaku menteri Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) akan membangun akses internet

Komentar
Posting Komentar