Esai #12: Politik Sederhana
Politik
Sederhana
Oleh Nia
Nur Pratiwi
“Seribu
kambing dipimpin oleh seekor harimau akan mengaum semua. Tetapi seribu harimau
dipimpin kambing akan embek semua”
(Prabowo Subianto)
Kita sebagai cendekiawan, negarawan, masyarakat yang memiliki pemikiran
rasional dengan berbagai pengalaman empiris yang dimiliki. Kita telah sadar dan
benar benar yakin dengan sistem pemeritahan kita yakini yaitu demokrasi sebagai
nafas yang paling baik dari sistem yang ada. Tetapi apakah demokrasi sudah
digolongkan menjadi baik ? bisa tanyakan kepada rakyat. Banyak kalangan elite
di jajaran atas yang pada dasarnya adalah seorang Kurawa yang menjelma menjadi
layaknya Pandawa. Orang orang yang pandai bicara, dan tak lebih pandai dari
rakyatnya. Yang bisa mereka lakukan adalah hanya melakukan akal akalan saja untuk mengelabuhi mangsa
yakni rakyat. Inilah kebiasaan pemimpin yang harus dihilangakan dari percaturan
politik dimanapun. Budaya menipu dengan raut tak berdosa, melemahkan keadaan
politik kita.[1]
Dengan adanya hal ini, menjadi sangat urgent ketika periode ‘elections’
berlangsung, yakni ketika politik semakin dituntut untuk bisa transparan
dan mampu berkompetisi secara sehat.[2]
Inilah yang biasa disebut sebagai aktivitas Politics Marketing, istilah ini biasanya
digunakan sebagai usaha “to determine voter needs and want an
attempt to satisfy them with ideology bound” (O’ Cass, 1996). Yang dimaksud
dengan pernyataan diatas yakni bagaimana seorang atau pun segolongan orang
dapat mendapatkan dukungan politik dari publik dengan metode dan tekhnik marketing.
Di sinilah letak seorang pemimpin untuk bisa menjelaskan mengenai siapa dirinya
dan apa yang akan dia perbuat untuk rakyatnya.
Pemilih Cerdas, Pemilih Berkualitas
Pelaksanaan pemilihan kalangan elite Mahasiswa Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto, merupakan hal yang vital yang harus dilakukan untuk bisa
menduduki posisi struktural birokrasi kampus ijo IAIN Purwokerto. Mengingat
pelaksanaan pemilihan ini adalah sangat bersifat substantif, berlaku untuk
semua kalangan khususnya rakyat IAIN Purwokerto. Dengan memberikan ruang untuk
bernafas bagi mereka yang akan memilih pemimpin dengan memberikan kesempatan
secara langsung kepada masyarakat, terhadap pemilihnya. Mereka akan mendapat
kedudukan yang mereka inginkan yaitu para pejabat atau para petinggi di salah
satu lembaga.
Memilih pemimpin bukanlah sesuatu yang sangat mudah, perlu adanya
pengamatan secara intens yang dilakukan untuk mengenali calon pemimpin
kita. Hal hal perlu dilakukan dalam menunjang tugas tugas yang dilakukan dalam
pengawasan ini menjadi hal hal yang paling diutamakan dibanding yang lain.
Pelaksanaan pemilihan seorangpemimpin merupakan momentum yang tepat sebagai
upaya perubahan kearah yang lebih baik. Ada berapa alasan yang melandasi semua
hal ini. Pertama, ukuran kesuksesan seorang pemimpin yang menunjukan
integritasnya sebagaimana termaktub dalam legitimasi yang telah disepakati.
Karena itu semua dapat membuat seorang pemimpin yang terpilih akan lebih legitimate.
[3]
Kedua, ada tanggung jawab moral yang sangat perlu dan
harusdiprtanggungjawabkan kepada pemilih dalam hal ini adalah mereka yang
memilih pimimpin yakni rakyat. Bentuk general responsibility yang
dilakukan adalah bagaimana nantinya seorang pemimpin yang dipilih adalah
pemimpin terbaik yang bertanggungjawab. Ketiga, pemilihan yang dilakukan
secra langsung yang dilakukan dirasa memmberikan efek yang lebih aspiratif dan
demokratis. Adanya nilai nilai yang diperlukan sebagai landasan sesungguhnya
bisa menjadikan berbagai bentuk kepemimpinan yang besar, bila dilandasi dengan
jiwa yang agung dan memiliki integritas tinggi dalam berbagai macam sistem yang
ada di dalam demokrasi. Akan tetapi pemilihan seorang pemimpin dapat
mendatangkan nilai nilai positif yang perlu dilestarika yakni kebersamaan,
namun di lain sisi terdapat pula nilai nilai negatif yang dapat memicu
ketegangan antara dua sisi yang lain.[4]
[1]
Prabowo Subianto, Surat Untuk
Sahabat, (Jakarta: TransMedia, 2014), cet. II, hlm. 10.
[2]
Suryadharma Ali, PPP dan Politik
Identias Pergulatan Islam & Politik di Indonesia, (Jakarta: Fraksi
Partai Persatuan Pembangunan DPR-RI, 2011),
hlm. 133.
[3]
Chosin Chumaidy, Bangkitlah Partaiku
Ideologi, strategi, dan kepemimpinan PPP, (Jakarta: Katalog Dalam Terbitan,
2011), cet. ke-I, hlm. 295.
[4]
Suryadharma Ali, PPP dan Politik
Identias Pergulatan Islam & Politik di Indonesia, (Jakarta: Fraksi
Partai Persatuan Pembangunan DPR-RI, 2011),
hlm. 295.
Nia Nur Pratiwi, Lahir di Banjarnegara 29 Juni beralamat di Kepering, Punggelan kecamatan Punggelan kabupaten Banjarnegara. Manusia yang puny afilososfi hidup akar serabut, dan mencoba mencari mata air dimanpu berada.

Komentar
Posting Komentar